Sabtu, 10 Juli 2010

AROGANSI MEDIA

Sejatinya tanggung jawab pendidikan tidak hanya bertumpu pada pendidikan formal yang dilaksanakan di Sekolah atau oleh guru. Namun lebih luas menjadi tanggung jawab bersama. Menengok keadaan sekarang dimana terjadi banyak degradasi moral, kebanyakan orang menilai ada yang salah atau kurang dalam sistem pendidikan di Indonesia. Betul namun tidak sepenuhnya benar. Dan itu sudah mulai dibenahi dengan dimasukannya pelajaran Budi Pekerti maupun pendidikan berkarakter yang include di semua mata pelajaran.
Disisi lain dari sistem pendidikan yang menyeluruh ternyata itu belum cukup untuk membendung dampak negatif dari globalisasi, baik dari bidang ekonomi, sosial, budaya dan yang lain. Apalagi dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat luar biasa. Setiap orang bisa mengakses informasi dari mana saja dan kapan saja dengan biaya yang relatif murah bahkan gratis. Dengan memanfaatkan media internet melalui hot spot yang tersedia dimana saja dan gratis orang dengan gampang membuka dan mengaskses internet. Belum lagi dari media elektronik dan non elektronik yang lain seperti televisi, radio, koran, majalah dll.
Media ibarat sebuah mata pisau ganda dimana bisa memberi efek positif atau bermanfaat tetapi juga bisa memberikan dampak negatif atau membahayakan. Televisi sebagai media yang paling banyak diakses orang dimana hampir tidak ada filter untuk tayangan orang dewasa dan anak-anak perlu untuk mendapat perhatian serius. Sebagai contoh kasus yang berkembang sekarang ini tentang video 'panas' mirip artis Ariel Peterpan dengan Luna Maya dan Cut Tari. Sebenarnya kasus ini tidak akan terlalu meluas dibicarakan apabila media elektronik tidak mengekspos habis-habisan setiap hari dari pagi sampai malam dihampir semua acara infotainment televisi. Namun kenyataanya itu yang terjadi hampir disemua televisi 'demen' mengekspos aib orang lain (artis) sebagai daya tarik untuk ditonton. Dan yang lebih parah penonton orang dewasa pun senang melihat acara tersebut tanpa melihat disampingnya ada anak yang belum cukup umur untuk mengetahui itu.
Tidak salah apabila kita mendengar anak seusia 9 -13 tahun membicarakan kasus yang terjadi antar artis tersebut. Bahkan tidak sedikit yang mencoba mencari file video tersebut di internet. Namun yang lebih parah apabila setelah melihat kemudian mereka mencoba mempraktekan adegan yang mereka lihat di video tersebut. Kemudia pertanyaannya ini salah siapa?....
Maka tidak ada salahnya apabila kita membatasi anak didik kita atau anak-anak kita untuk melihat televisi. Begitu juga kita sebagai orang tua kita batasi keinginan kita untuk menikmati acara-acara televisi yang lebih banyak mengumbar aib orang lain. Karena pelajaran terbaik adalah dengan kita mencontohkanya kepada anak-anak kita. Bukankah membicarakan aib orang lain dikatakan rosul sebagai makan bangkai saudara sendiri. Lebih penting lagi kita ajarkan kepada anak-anak kita dengan tontonan yang bermanfaat. Saatnya untuk menyampaikan "Say No to Infotainment".